Seberapa penting sih sekolah?

Ayas menjumpai beberapa pengusaha yang sering menjadi pemateri seminar kewirausahaan.Dalam forum-forum semacam itu mereka selalu menyudutkan sekolah yang kata mereka menciptakan manusia-manusia yang tak berani bermimpi,terlalu pasrah pada nasib.Dan cenderung malas untuk menciptakan peluang,maunya cari kerja,memburuh,dapat gaji,dan mereka cukup puas.
Mereka para pengusaha itu setahuku ada yang lulus SD tapi sukses berbisnis waralaba es cendol,lulus SMP sukses adi pengusaha katering,dsb.

Lucunya,meski mereka kerap menyudutkan sekolah,anak-anak para pengusaha tadi banyak yang belajar di sekolah elit.Bahkan sampai dikuliahkan di Kanada,Jerman,dan sebagainya.

Mengapa bisa demikian?Apa pendapat kalian?

menurutku banyak alasan "para pengusaha" tersebut berkata demikian ...

- faktor food feeding yang selalu diterapkan mulai dari SD sampai SMA
- faktor biaya
- faktor individu
- faktor keluarga dan lingkungan (masyarakat)
- faktor KEHIDUPAN yang "memaksa"

iku ngunu gawe motivasi ae.....wong lulus SD ae iso sukses opo maneh sarjana...

Sebarapa penting sekolah = seberapa penting masa depanmu!
Masalah sukses ap tidak tergantung individu! Lulusan sd bisa sukses karena nasib!
Yg membedakan tingkat pendidikan menurut pengalaman adalah pola pikir. Wes sakmunu ae jareku!

simple, orangtua mana yang pengen anaknya hidup susah seperti mereka dulu?? ga ada...
belajar dari kisah hidupnya sendiri, mereka memberikan semua yang terbaik bagi anak mereka, tapi dengan satu nilai plus dibanding orang2 lain. yaitu mereka punya cermin kehidupan mereka masa lalu. betapa susahnya perjuangan untuk menjadi seperti sekarang...dengan harapan, sang anak akan mendapat pendidikan maksimal yang dibarengai pemahaman tentang 'belajar hidup' dari pengalaman ortu mereka, jadi ndak keblinger...
begitu menurut ayas

Ngene a..ebes iku mek lulusan SMA, duwe apotik...

Lha ketika ayas kate gak kuliah..gak oleh jarene konkon kuliah, alasane ben iso kerjo luweh mapan. Padahal tak delok2 ebes yo mapan masio lulusan SMA

ayatux wrote:

simple, orangtua mana yang pengen anaknya hidup susah seperti mereka dulu?? ga ada...
belajar dari kisah hidupnya sendiri, mereka memberikan semua yang terbaik bagi anak mereka, tapi dengan satu nilai plus dibanding orang2 lain. yaitu mereka punya cermin kehidupan mereka masa lalu. betapa susahnya perjuangan untuk menjadi seperti sekarang...dengan harapan, sang anak akan mendapat pendidikan maksimal yang dibarengai pemahaman tentang 'belajar hidup' dari pengalaman ortu mereka, jadi ndak keblinger...
begitu menurut ayas

nice post

tom_mad wrote:

iku ngunu gawe motivasi ae.....wong lulus SD ae iso sukses opo maneh sarjana...

salah jareku lek mek gawe motivasi tok, soale tekan tulisane bamz, para pegnusaha itu malah menyudutkan sekolah (jare bamz lho)

Nung Ning Nang Ning Nung wrote:

Yg membedakan tingkat pendidikan menurut pengalaman adalah pola pikir.

opo guduk ngene ... yang membedakan orang itu disebut dewasa adalah pola pikirnya?
lek membedakan tingkat pendidikan MENURUT PENGALAMAN adalah pola pikir koyok kurang pas, memang dengan terus naiknya jenjang pendidikan yang dilalui seseorang otomatis cara berfikir juga beda, tapi bukan PENGALAMAN lho

manchunia_is_back wrote:

Ngene a..ebes iku mek lulusan SMA, duwe apotik...

Lha ketika ayas kate gak kuliah..gak oleh jarene konkon kuliah, alasane ben iso kerjo luweh mapan. Padahal tak delok2 ebes yo mapan masio lulusan SMA

wocoen penjelasane sam ndek ndukurmu bi, iku acuan e, aku duwe kata-kata sing selalu akan aku ingat sepanjang hayat, dikandani ebes kodew ku, "le, ibuk bapak gak iso ngekek i warisan berupa harta kekayaan, tapi mek iso nyangoni kepinteran gawe bekalmu sampek kapanpun, dadi bagaimanapun caranya, bapak ibuk akan terus berusaha supoyo awakmu iso sampek lulus minimal dadi sarjana S1"
nah tekan kono tak analisa dewe, harta kekayaan bisa habis kapanpun, tapi tidak dengan yang namanya ilmu pengetahuan, dan dimana mendapatkan ilmu pengetahuan (selain dari pengalaman dan lingkungan keluarga / sekitar) ?
yo jawabane tekan sekolahan.
jadi seberapa penting sekolah itu ?

AMAT SANGAT PENTING SEKALI

Lha Iyo Tem slatem iki khan bahasan tentang sekolah Guduk masalah kedewasaan! ancen ngunu yo iso Tapi tingkat pendidikan lak juga mempengaruhi pola pikir hayo!!
Yg membedakan tingkat pendidikan, menurut pengalaman adalah pola pikir. =>> onok KOMA NE
aku salah tha???

bamz wrote:

Ayas menjumpai beberapa pengusaha yang sering menjadi pemateri seminar kewirausahaan.Dalam forum-forum semacam itu mereka selalu menyudutkan sekolah yang kata mereka menciptakan manusia-manusia yang tak berani bermimpi,terlalu pasrah pada nasib.Dan cenderung malas untuk menciptakan peluang,maunya cari kerja,memburuh,dapat gaji,dan mereka cukup puas.
Mereka para pengusaha itu setahuku ada yang lulus SD tapi sukses berbisnis waralaba es cendol,lulus SMP sukses adi pengusaha katering,dsb.

Lucunya,meski mereka kerap menyudutkan sekolah,anak-anak para pengusaha tadi banyak yang belajar di sekolah elit.Bahkan sampai dikuliahkan di Kanada,Jerman,dan sebagainya.

Mengapa bisa demikian?Apa pendapat kalian?

sebuah BATU KALI di pasir putih sebuah pantai akan TAMPAK MENCOLOK dibandingkan pasir yang berkilau emas di tempat yang sama.

u know what i mean.

Nung Ning Nang Ning Nung wrote:

Lha Iyo Tem slatem iki khan bahasan tentang sekolah Guduk masalah kedewasaan! ancen ngunu yo iso Tapi tingkat pendidikan lak juga mempengaruhi pola pikir hayo!!
Yg membedakan tingkat pendidikan, menurut pengalaman adalah pola pikir. =>> onok KOMA NE
aku salah tha???

sorry gak ndelok koma e

Sekolah itu penting menurutku,meski bukan sebuah faktor utama buat menggapai kesuksesan.
Dulu pas ayas tinggal di Jogja beberapa kali ikut open house di rumah Cak Nun alias Emha Ainun Nadjib,salah satu penulis favoritku.

Dengan jujur ia berkata,
"Saya ini dulu cuma kuliah satu semester di Ekonomi UGM.Lantas menggelandang di Malioboro.Setiap ditanya orang ngapain kamu nggak kuliah,maka kujawab sekolah itu penjara,membelenggu,mengekang,dan sebagainya.Perlu waktu berpuluh tahun saya bisa jujur pada diri sendiri dan orang lain,bahwa alasan sebenarnya saya berhenti kuliah adalah karena saya malas dan kebanyakan lontang-lantung di jalanan.Makanya kalian sekolahlah yg bener"

Omku sendiri yang tinggal di Jakarta juga menyesal putus kuliah,meski kehidupannya justru paling mapan secara ekonomi dibanding saudara2nya.
Menurutku,tidak tepat sekolah ibilang sebagai penjara dan semcamnya meski banyak yang berpandangan seperti itu.

kalau saya ga sekolah, tidak akan mungkin saya ada disini sekarang........

wong nyamar wrote:

kalau saya ga sekolah, tidak akan mungkin saya ada disini sekarang........

Ha ha ha sip sam.. misale ayas gak SMA dorong mesti iso komputeran,Lha soale ayas pertama kali nyekel komputer pas ndik MAN 3.

Goro2 sekloah pisan oleh ujub, soale lek ndik sekolah iku akeh pilihan

Slatem wrote:

tom_mad wrote:

iku ngunu gawe motivasi ae.....wong lulus SD ae iso sukses opo maneh sarjana...

salah jareku lek mek gawe motivasi tok, soale tekan tulisane bamz, para pegnusaha itu malah menyudutkan sekolah (jare bamz lho)

salah yo...

Slatem wrote:

Nung Ning Nang Ning Nung wrote:

Lha Iyo Tem slatem iki khan bahasan tentang sekolah Guduk masalah kedewasaan! ancen ngunu yo iso Tapi tingkat pendidikan lak juga mempengaruhi pola pikir hayo!!
Yg membedakan tingkat pendidikan, menurut pengalaman adalah pola pikir. =>> onok KOMA NE
aku salah tha???

sorry gak ndelok koma e

komane lopot!

95 Persen Lulusan PT Pencari Kerja
MALANG - Idealisme bahwa lulusan perguruan tinggi adalah kaum intelektual pencipta lapangan kerja tidak lagi relevan. Fakta menunjukkan bahwa sekitar 95 persen lulusan PT adalah jobseeker alias pencari kerja. Sementara kurang dari lima persen adalah pencipta lapangan kerja. Perguruan tinggi pun harus melengkapi diri dengan media penyedia pekerjaan untuk menghantarkan 95 persen lulusannya mendapatkan pekerjaan.

"Paradigma berpikirnya harus diubah. Meski sedikit terlambat, kita harus mulai dari sekarang. Lima persen yang menciptakan pekerjaan itu bisa jadi kurang," ujar Rektor Universitas Brawijaya Yogi Sugito dalam pembukaan kantor JPC (job placement center), kemarin. JPC adalah pusat informasi dan penyaluran lulusan UB ke dunia kerja.

Di hadapan para pimpinan fakultas, Yogi mengatakan dosen-dosen tidak lagi berlega hati apabila mahasiswanya sudah diwisuda. Mereka harus kembali berupaya dan memikirkan bagaimana agar mahasiswanya bisa cepat bekerja. Baik mendapatkan pekerjaan atau membuat lapangan kerja baru. "Oleh karena itu, JPC ini pekerjaan berat. Sebab, akan ngurusi 95 persen lulusan," jelas guru besar fakultas pertanian UB ini.

Karena paradigma tersebut, kata Yogi, masyarakat bakal meninggalkan PT yang tidak bisa menyediakan atau menyalurkan kerja para lulusannya. Meski kualitas akademik dan keilmuan yang ditawarkan sangat bermutu. Yang berlaku di masyarakat sekarang, bekerja usai sekolah di pendidikan tinggi adalah hal mutlak. "Saat ini banyak PT yang tutup karena salah satunya tidak bisa menyalurkan lulusannya bekerja," katanya.

Dalam satu kampung, kata Yogi, ada seorang lulusan PT yang tak kunjung bekerja. Maka persepsi seluruh warga kampung akan enggan untuk menguliahkan anaknya ke PT yang sama. Sebab, ketika lulus toh menganggur juga. "Itulah yang salah satu penyebab perguruan tinggi jadi sepi peminat. Pengangguran intelektual sudah banyak," katanya.

Arief Prajitno, direktur JPC mengatakan, ada empat layanan yang diberikan JPC kepada lulusan UB. Pertama adalah informasi peluang kerja bagi mahasiswa dan alumni. Kedua database pencari kerja dan penyedia pekerjaan. Ketiga pelatihan memasuki dunia kerja. Dan, keempat konsultasi dan bimbingan menentukan karir.

"Saat ini, sudah ada 446 perusahaan yang menjalin hubungan dengan kami dalam JPC ini. Selain dalam negeri, kami nanti juga menyediakan lowongan pekerjaan luar negeri dan magang untuk mahasiswa," kata Arief. (JawaPos)

sayangnya yang tak bold iku jarang ada PTS / PTN yang memberlakukannya

Slatem wrote:

ayatux wrote:

simple, orangtua mana yang pengen anaknya hidup susah seperti mereka dulu?? ga ada...
belajar dari kisah hidupnya sendiri, mereka memberikan semua yang terbaik bagi anak mereka, tapi dengan satu nilai plus dibanding orang2 lain. yaitu mereka punya cermin kehidupan mereka masa lalu. betapa susahnya perjuangan untuk menjadi seperti sekarang...dengan harapan, sang anak akan mendapat pendidikan maksimal yang dibarengai pemahaman tentang 'belajar hidup' dari pengalaman ortu mereka, jadi ndak keblinger...
begitu menurut ayas

nice post

hehe..nuwus. pengalaman soale. ebez sing "berdakwah". biyen ngrungokno yo karo ga ngreken ngunu
saiki kroso dewe wes

Slatem wrote:

95 Persen Lulusan PT Pencari Kerja
MALANG - Idealisme bahwa lulusan perguruan tinggi adalah kaum intelektual pencipta lapangan kerja tidak lagi relevan. Fakta menunjukkan bahwa sekitar 95 persen lulusan PT adalah jobseeker alias pencari kerja. Sementara kurang dari lima persen adalah pencipta lapangan kerja. Perguruan tinggi pun harus melengkapi diri dengan media penyedia pekerjaan untuk menghantarkan 95 persen lulusannya mendapatkan pekerjaan.

"Paradigma berpikirnya harus diubah. Meski sedikit terlambat, kita harus mulai dari sekarang. Lima persen yang menciptakan pekerjaan itu bisa jadi kurang," ujar Rektor Universitas Brawijaya Yogi Sugito dalam pembukaan kantor JPC (job placement center), kemarin. JPC adalah pusat informasi dan penyaluran lulusan UB ke dunia kerja.

Di hadapan para pimpinan fakultas, Yogi mengatakan dosen-dosen tidak lagi berlega hati apabila mahasiswanya sudah diwisuda. Mereka harus kembali berupaya dan memikirkan bagaimana agar mahasiswanya bisa cepat bekerja. Baik mendapatkan pekerjaan atau membuat lapangan kerja baru. "Oleh karena itu, JPC ini pekerjaan berat. Sebab, akan ngurusi 95 persen lulusan," jelas guru besar fakultas pertanian UB ini.

Karena paradigma tersebut, kata Yogi, masyarakat bakal meninggalkan PT yang tidak bisa menyediakan atau menyalurkan kerja para lulusannya. Meski kualitas akademik dan keilmuan yang ditawarkan sangat bermutu. Yang berlaku di masyarakat sekarang, bekerja usai sekolah di pendidikan tinggi adalah hal mutlak. "Saat ini banyak PT yang tutup karena salah satunya tidak bisa menyalurkan lulusannya bekerja," katanya.

Dalam satu kampung, kata Yogi, ada seorang lulusan PT yang tak kunjung bekerja. Maka persepsi seluruh warga kampung akan enggan untuk menguliahkan anaknya ke PT yang sama. Sebab, ketika lulus toh menganggur juga. "Itulah yang salah satu penyebab perguruan tinggi jadi sepi peminat. Pengangguran intelektual sudah banyak," katanya.

Arief Prajitno, direktur JPC mengatakan, ada empat layanan yang diberikan JPC kepada lulusan UB. Pertama adalah informasi peluang kerja bagi mahasiswa dan alumni. Kedua database pencari kerja dan penyedia pekerjaan. Ketiga pelatihan memasuki dunia kerja. Dan, keempat konsultasi dan bimbingan menentukan karir.

"Saat ini, sudah ada 446 perusahaan yang menjalin hubungan dengan kami dalam JPC ini. Selain dalam negeri, kami nanti juga menyediakan lowongan pekerjaan luar negeri dan magang untuk mahasiswa," kata Arief. (JawaPos)

sayangnya yang tak bold iku jarang ada PTS / PTN yang memberlakukannya

oyiii bener...
mikir'e yooh wes sekolah larang2 jebulane yo nganggur...
lek menurut ayas seh, semua tergantung pada individu2ne masing2. PTne mboiz, nyediakno lapangan kerja or penyaluran ke perusahaan2 bonafit, tapi kalo SDM'e bermental cengeng yaa sama saja...
pola pendidikan PT terkesan memanjakan anak didiknya. teori..teori...studi lapangan...tapi ketika setelah wisuda..blank...
mereka ga tau harus bagaimana bersaing dengan job seeker yang lain, or berupayaa menciptakan lapangan kerja sendiri... itu dulu seh..
semoga saja artikel di atas iku bener2 osi diterapkan. agar masyarakat indonesia iku ga hanya pinter2, tapi yo ulet2 dalam bekerja. mandiri ga gantung terus nang pemerintah...

so, menurut ayas neh..sekolah PENTING. mutlak diperlukan buat masa depan yang lebih baik. tapi jo lali buat dibarengi dengan sikap yang ulet, mandiri, tanggap terhadap keadaan...coz ga selalu ijazah dari PTN mboiz bisa mbantu kita....

sok teu padahal yo ga tau sekolah duwur

ayatux wrote:

oyiii bener...
mikir'e yooh wes sekolah larang2 jebulane yo nganggur...
lek menurut ayas seh, semua tergantung pada individu2ne masing2. PTne mboiz, nyediakno lapangan kerja or penyaluran ke perusahaan2 bonafit, tapi kalo SDM'e bermental cengeng yaa sama saja...
pola pendidikan PT terkesan memanjakan anak didiknya. teori..teori...studi lapangan...tapi ketika setelah wisuda..blank...
mereka ga tau harus bagaimana bersaing dengan job seeker yang lain, or berupayaa menciptakan lapangan kerja sendiri... itu dulu seh..
semoga saja artikel di atas iku bener2 osi diterapkan. agar masyarakat indonesia iku ga hanya pinter2, tapi yo ulet2 dalam bekerja. mandiri ga gantung terus nang pemerintah...

so, menurut ayas neh..sekolah PENTING. mutlak diperlukan buat masa depan yang lebih baik. tapi jo lali buat dibarengi dengan sikap yang ulet, mandiri, tanggap terhadap keadaan...coz ga selalu ijazah dari PTN mboiz bisa mbantu kita....

sok teu padahal yo ga tau sekolah duwur

ayas kurang setuju lek dikatakan pola pendidikan PT terkesan memanjakan anak didik...
soale ayas gak nemoni iku ndek kampus ayas...

dosen ayas pernah ngomong : mata kuliah yang kalian pelajari ini maksimum hanya 20 persen yang akan terpakai ketika kalian berada di dunia kerja, entah itu sebagai pekerja atau pendiri lapangan kerja. 80% sisanya adalah ilmu YANG KAMU PELAJARI KETIKA KULIAH. disini yagn dimaksud adalah perilaku kita ke dosen, solidaritas ke teman, cara menghadapi orang2 di kampus -terutama- yang asistensi, dll. Thats wai arek ndek kampusku diwajibne kolem LKMM(Latian kepemimpinan dan menejemen mahasiswa), soale arek ITS iku kebanyakan teknis tok, paah wes lek gak sampe onok pelatian sing ngono2 iku, mungkin wes dadi robot kabeh.
Iklim kampus, menurutku sendiri sih, iklim yang penuh persaingan, entah nyata atau tidak, dan dengan berbagai macam perjudian disana.

chiw wrote:

ayatux wrote:

oyiii bener...
mikir'e yooh wes sekolah larang2 jebulane yo nganggur...
lek menurut ayas seh, semua tergantung pada individu2ne masing2. PTne mboiz, nyediakno lapangan kerja or penyaluran ke perusahaan2 bonafit, tapi kalo SDM'e bermental cengeng yaa sama saja...
pola pendidikan PT terkesan memanjakan anak didiknya. teori..teori...studi lapangan...tapi ketika setelah wisuda..blank...
mereka ga tau harus bagaimana bersaing dengan job seeker yang lain, or berupayaa menciptakan lapangan kerja sendiri... itu dulu seh..
semoga saja artikel di atas iku bener2 osi diterapkan. agar masyarakat indonesia iku ga hanya pinter2, tapi yo ulet2 dalam bekerja. mandiri ga gantung terus nang pemerintah...

so, menurut ayas neh..sekolah PENTING. mutlak diperlukan buat masa depan yang lebih baik. tapi jo lali buat dibarengi dengan sikap yang ulet, mandiri, tanggap terhadap keadaan...coz ga selalu ijazah dari PTN mboiz bisa mbantu kita....

sok teu padahal yo ga tau sekolah duwur

ayas kurang setuju lek dikatakan pola pendidikan PT terkesan memanjakan anak didik...
soale ayas gak nemoni iku ndek kampus ayas...

dosen ayas pernah ngomong : mata kuliah yang kalian pelajari ini maksimum hanya 20 persen yang akan terpakai ketika kalian berada di dunia kerja, entah itu sebagai pekerja atau pendiri lapangan kerja. 80% sisanya adalah ilmu YANG KAMU PELAJARI KETIKA KULIAH. disini yagn dimaksud adalah perilaku kita ke dosen, solidaritas ke teman, cara menghadapi orang2 di kampus -terutama- yang asistensi, dll. Thats wai arek ndek kampusku diwajibne kolem LKMM(Latian kepemimpinan dan menejemen mahasiswa), soale arek ITS iku kebanyakan teknis tok, paah wes lek gak sampe onok pelatian sing ngono2 iku, mungkin wes dadi robot kabeh.
Iklim kampus, menurutku sendiri sih, iklim yang penuh persaingan, entah nyata atau tidak, dan dengan berbagai macam perjudian disana.

pernah denger analisa amien rais gak?

dia berkata, kelemahan sistem pendidikan di indonesia adalah spoon feeding, jadi murid / mahasiswa hanya menerima saja, walaupun ada praktek, toleransi praktek dan metode lebih besar metode, lain sola kalo sekolahnya itu memang mempunyai fak keahlian, seperti sekolah perawat, sekolah pariwisata, dan lain-lain, kamu mungkin hanya melihat di kampusmu saja honey, coba menelusuri kampus-kampus liyanya sebagai pembanding

iklim kampus adalah iklim persaingan ... BETUL SEKALI, tepatnya untuk semester 5 keatas, berokrasi, lobi-lobi, tapi dari situlah kita bisa mengasah diri kita untuk menghadapi DUNIA NYATA

chiw wrote:

ayatux wrote:

oyiii bener...
mikir'e yooh wes sekolah larang2 jebulane yo nganggur...
lek menurut ayas seh, semua tergantung pada individu2ne masing2. PTne mboiz, nyediakno lapangan kerja or penyaluran ke perusahaan2 bonafit, tapi kalo SDM'e bermental cengeng yaa sama saja...
pola pendidikan PT terkesan memanjakan anak didiknya. teori..teori...studi lapangan...tapi ketika setelah wisuda..blank...
mereka ga tau harus bagaimana bersaing dengan job seeker yang lain, or berupayaa menciptakan lapangan kerja sendiri... itu dulu seh..
semoga saja artikel di atas iku bener2 osi diterapkan. agar masyarakat indonesia iku ga hanya pinter2, tapi yo ulet2 dalam bekerja. mandiri ga gantung terus nang pemerintah...

so, menurut ayas neh..sekolah PENTING. mutlak diperlukan buat masa depan yang lebih baik. tapi jo lali buat dibarengi dengan sikap yang ulet, mandiri, tanggap terhadap keadaan...coz ga selalu ijazah dari PTN mboiz bisa mbantu kita....

sok teu padahal yo ga tau sekolah duwur

ayas kurang setuju lek dikatakan pola pendidikan PT terkesan memanjakan anak didik...
soale ayas gak nemoni iku ndek kampus ayas...

dosen ayas pernah ngomong : mata kuliah yang kalian pelajari ini maksimum hanya 20 persen yang akan terpakai ketika kalian berada di dunia kerja, entah itu sebagai pekerja atau pendiri lapangan kerja. 80% sisanya adalah ilmu YANG KAMU PELAJARI KETIKA KULIAH. disini yagn dimaksud adalah perilaku kita ke dosen, solidaritas ke teman, cara menghadapi orang2 di kampus -terutama- yang asistensi, dll. Thats wai arek ndek kampusku diwajibne kolem LKMM(Latian kepemimpinan dan menejemen mahasiswa), soale arek ITS iku kebanyakan teknis tok, paah wes lek gak sampe onok pelatian sing ngono2 iku, mungkin wes dadi robot kabeh.
Iklim kampus, menurutku sendiri sih, iklim yang penuh persaingan, entah nyata atau tidak, dan dengan berbagai macam perjudian disana.

lhaa...memanjakan disini maksudnya adalah kampus2 yang hanya mengandalkan teori dan nilai saja. jelas berbeda perlakuan di tiap kampus. maaf kalo terkesan menyeluruh komentare soal memanjakan iki mw...

ada beberapa kampus yang disana hanya memberi penilaian atas hasil teori yang dicapai anak didiknya. ga perduli benar atau ga teori tersebut, bisa diterapkan atau tidak dalam masyarakat, pengaruhnya dalam masyarakat, dsb...
dan banyak juga contoh2 nawak ayas yang jadi berperilaku manja dengan sistem2 tersebut...
that's way ayas bilang kembali pada masing2 individu. masio sarana pas2an kalo orangnya ulet ya pasti bisa...

dan kegiatan2 di luar perkuliahan memang efektif buat menggodok perilaku seseorang. mungkin itu sebabnya partisipasi dalam organisasi2 jadi syarat tambahan dalam menentukan seorang calon karywan

thx

hummm....
apa y??

rasanya sedih seh lk ayas mikir ttg pendidikan ayas dewe....
aku hanya lulusan SMA yg melanjutkan D1
tak sempat aku mengambil S1
diotakku gag ada yg namanya kuliah lagi...

di awal usia 20an ini ayas wes harus nguripi diri sendiri dewe...
wong tuwo kesane wes ngecul....
di otakku yg ada hanya kerja kerja dan kerja......

belajar itu bisa dilakukan di mana saja....

orang mau maju dan sukses itu adalah pilihan dari orang itu sendiri
entah dengan cara apa mereka meraihnya
yg penting punya tujuan dan mimpi yg jelas



Dunia mengakui pendidikan di Indonesia itu bagus, buktinya .....
juara olimpiade matematika, fisika dan kejuaraan lainnya
Indonesia bangga akan itu.....

tapi mengapa SDM di Indonesia masi di bawah rata rata
kalah peringkat malah dgn Vietnam dan Thailand
sungguh realita yg menyesakkan dada????

biaya pendidikan semakin tahun semakin naek pula....
padahal kita ini hidup di negara yg sedang berkembang lo....

sekolah oh sekolah

lila,nasib kita tak jauh beda...hm,kapan2 entar ta ceritain...

selama manusia masih bernafas,di situlah kita haru tetap belajar.
ingat,secara definitif pengertian sekolah dan belajar itu beda..

sukses tidaknya diri ini tergantung pada kita sendiri.ijasah hanyalah salah satu faktor penunjang,bukan faktor utama.

sekolah iku menurut ku jalan menuju kesuksesan

aq iki rek 3 tahun sma ditentokno unas 3 mta plajaran mek 1 pljaran seng gagal dadine aku yo gak L U L U S trerus aq ngelanjutno nag program diknas SKB KESETARAAN PAKET C terus lulus masio ayas sering di ilokno lulusan gak bermutu ayas gak isin ,gak gengsi wes pokoe nyante'ae.saiki ayas iki wes umur 22 wes kerjo,aq jek kepikiran kepingin kuliah'ae gara2ne ijazah ayas paket c mw tdk mw harus kuliah karena itu adal sebuah tuntutan bagi saya untuk bisa jadi orang yang ngerti akan ilmu kepinteran n pengetahuan yg lebi berwawasan luas dan tinggi
sekarang saja coba nawak yg di malang lihat terutama di SKB kesetaraan pusat lokal malang di kali sari pandanwangi di situ banyak anak2 anjal n anak2 yg kurang mampu begitu giatx untuk semangat sekolah walupun sekolah mereka hanya kesetaraan program gratis diknas. perna aq menderngar semangat mereka tak ingin bodoh meraka tak ingin lemah mereka ingin bisa pinter dan ngerti semuah ilmu pengetahuan itulah yg aq dengar dari ucapan mereka pd saat aq bermain kesana